Jangan Lupa Minum: Peran Air bagi Tubuh

11:22:00

Jangan Lupa Minum! Ya, itulah bahasan dari tulisan penulis kali ini. Penulis terinspirasi menulis tentang ini karena terinspirasi dari ayah penulis yang selalu mengingatkan agar tidak lupa atau sering-sering minum Air Putih. Iya, ini juga merupakan salah satu dari PESAN UMUM GIZI SEIMBANG dimana kita harus minum minimal delapan gelas air putih dalam satu hari.


Jadi, apa sih pentingnya air bagi kehidupan tubuh? Bagaimana air dalam tubuh? Terus kenapa harus air putih gitu? Kalau air yang lain kenapa? Nah, mari kita bahas di sini.


Sekitar 60% dari tubuh manusia adalah air. Air membuat sekitar tiga perempat dari berat jaringan non lemak dan kurang dari seperempat dari berat lemak, komposisi tubuh yang mempengaruhi seberapa berat dari berat badan seseorang adalah air (Whitney dan Rolfes, 2008). Di dalam tubuh, air membantu transportasi zat gizi, terlibat dalam reaksi kimia dalam tubuh, dan mengatur suhu tubuh.

Bahkan, manusia membutuhkan lebih banyak air jika dibandingkan dengan kebutuhan akan karbohidrat, lemak, atau protein. Kekurangan air dapat menyebabkan gejala kesehatan yang lebih cepat dibandingkan kekurangan zat gizi lainnya (Smolin dan Grosvenor, 2011).

Air dalam tubuh juga menjaga struktur molekul besar seperti protein dan glikogen. Bertindak sebagai pelumas dan bantalan di sekitar sendi dan di dalam mata, sumsum tulang belakang, dan pada kantung ketuban yang mengelilingi fetusin rahim saat masa kehamilan. Mempertahankan volume darah (Whitney dan Rolfes, 2008).

Kebutuhan untuk mengonsumsi air atau cairan lain ditandai dengan sensasi rasa haus. Haus dipicu oleh sensasi di mulut dan sinyal dari otak. Bila Anda membutuhkan air, mulut menjadi kering karena air kurang tersedia untuk menghasilkan air liur. Ketika kadar air tubuh menurun, pusat rasa haus di otak merasakan penurunan jumlah air dalam darah dan peningkatan konsentrasi zat terlarut dalam darah. Bersamaan dengan perasaan mulut kering dan sinyal dari otak juga menyebabkan sensasi haus dan memotivasi kita untuk minum (Smolin dan Grosvenor, 2011). 

Sinyal haus dari otak itu datang dari Hipotalamus yang merangsang kita untuk  minum. Bila asupan air berlebihan, perut akan mengembang dan peregangan reseptor mengirimkan sinyal untuk berhenti minum. Sinyal serupa dikirim dari reseptor jantung sehingga volume darah meningkat (Whitney dan Rolfes, 2008).

Terkadang kebutuhan untuk mengonsumsi air tidak hanya dirasakan oleh rasa haus. Kadang kita berkeringat, namun tidak terlalu merasakan haus tapi ketahuilah walau kita tidak begitu haus saat berkeringat, kita tetap harus menggantinya dengan minum. Jangankan berkeringat, tidak berkeringat pun, kita tetap harus minum. Contoh, ketika kita ada di ruangan ber-AC, kita suka terlena dengan perasaan nyaman sehingga tidak berkeringat dan merasa tidak butuh minum. Sesungguhnya kita tetap butuh minum pada kondisi tersebut karena fungsi air tidak hanya sebatas menghilangkan dahaga.

Air berfungsi untuk menyeimbangkan cairan tubuh karena air ditemukan dalam proporsi yang bervariasi dalam semua jaringan tubuh. Beberapa air ditemukan di dalam sel-sel dan dikenal sebagai cairan intraseluler dan beberapa berada di luar sel dan dikenal sebagai cairan ekstraselular. Sekitar sepertiga dari air dalam tubuh adalah cairan ekstraselular. Sekitar tiga perempat dari air dalam tubuh adalah cairan antara sel dan disebut cairan interstitial dan sisanya adalah air dalam plasma darah, getah bening, dan gigi berlubang, seperti di dalam saluran pencernaan, mata, sendi, dan sumsum tulang belakang (Smolin dan Grosvenor, 2011).

Air menggenangi sel-sel tubuh dan berfungsi sebagai media transportasi untuk memberikan zat gizi untuk sel-sel tubuh dan menghilangkan limbah (zat tak berguna dalam tubuh). Misalnya, darah, yang merupakan 90% air, mengangkut oksigen, zat gizi, hormon, obat-obatan, dan zat lainnya ke sel-sel. Kemudian membawa karbon dioksida dan produk-produk limbah lain yang jauh dari sel. Air dalam urin membantu menghilangkan limbah dari tubuh (Smolin dan Grosvenor, 2011).

Cairan tubuh mengandung zat terlarut, termasuk natrium, kalium, dan klorida. Mineral ini disebut sebagai elektrolit karena ketika dilarutkan dalam air mereka membentuk ion negatif dan bermuatan positif yang melakukan arus listrik. Sebagian besar natrium dan klorida dalam tubuh ditemukan dalam cairan ekstraselular, dan sebagian besar kalium yang ditemukan di dalam sel. Elektrolit membantu mengatur distribusi air ke seluruh tubuh (Smolin dan Grosvenor, 2011).

Beberapa air dan molekul diserap ke dalam darah dan sisanya diekskresikan dalam urin. Jumlah air dan elektrolit yang diserap tergantung pada kondisi tubuh. Ada dua sistem hormonal yang mengatur keseimbangan cairan. Ketika konsentrasi zat terlarut tinggi, kelenjar pituitari mensekresi hormon antidiuretik (ADH). Hormon ini memberi isyarat kepada ginjal untuk menyerap kembali air dan mengurangi jumlah yang hilang dalam urin. Air diserap kemudian dikembalikan ke darah di mana ia mencegah konsentrasi zat terlarut dari terus meningkat. Ketika konsentrasi zat terlarut dalam darah rendah, tingkat ADH menurun, sehingga lebih sedikit air diserap dan lebih banyakdiekskresikan dalam urin, yang akan menyebabkan konsentrasi zat terlarut darah meningkat menjadi normal (Smolin dan Grosvenor, 2011).

Sistem lain yang mengatur jumlah air dalam tubuh diaktifkan oleh perubahan tekanan darah dan bergantung pada kemampuan ginjal untuk menghemat natrium (Smolin dan Grosvenor, 2011).

Air juga dapat berfungsi untuk mengatur suhu tubuh. Cara yang paling jelas bahwa air membantu mengatur suhu tubuh adalah melalui penguapan keringat. Ketika tubuh suhu meningkat, otak memicu kelenjar keringat di kulit untuk menghasilkan keringat, yang sebagian besar air. Keringat menguap dari kulit, panas yang hilang, dan pendinginan tubuh. Atlet yang berolahraga dalam cuaca panas kehilangan air dengan cepat tapi tidak mengalami haus intens sampai mereka telah kehilangan begitu banyak air tubuh yang kinerja fisik mereka terganggu. Bahkan jika air yang hilang selama olahraga tidak diganti, itu bisa menjadi situasi yang mengancam  jiwa (Smolin dan Grosvenor, 2011). Jika kehilangan banyak air maka akan berdampak pada kondisi yang disebut Dehidrasi.

Dehidrasi adalah kondisi dimana air yang keluar dari tubuh melebihi air yang masuk. Gejalanya adalah rasa haus, kulit dan selaput lendir kering, denyut jantung yang cepat, tekanan darah rendah, dan rasa lemah (Whitney dan Rolfes, 2008). Gejala awal dari dehidrasi termasuk sakit kepala, kelelahan, kehilangan nafsu makan, mata kering dan mulut, dan urin terkonsentrasi, yang berwarna gelap. Semakin jernih warna urin, semakin artinya kita terhidrasi dengan baik (Smolin dan Grosvenor, 2011). 

Loh? kok begitu? Jadi begini, warna urin yang jernih menandakan kita sudah sangat cukup. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa urin membantu pengeluaran limbah (zat yang tidak berguna bagi tubuh) bersama dengan air. Warna urin yang kekuningan menandakan air yang keluar hanya sedikit untuk mengantarkan limbah-limbah tadi keluar dari tubuh. Begitulah kira-kira... oh iya jika pada penjelasan penulis yang satu ini ada kesalahan mohon koreksinya... CMIIW.

Oke kembali lagi pada dehidrasi. Dehidrasi ringan saja (kehilangan air tubuh 2% hingga 3% dari berat badan) dapat mengganggu kinerja fisik dan kognitif tubuh. Ketika 3% atau lebih air yang hilang dari berat badan, maka dapat menyebabkan penurunan yang signifikan dalam jumlah darah yang dipompa oleh jantung. Hal ini mengurangi kemampuan untuk memberikan oksigen dan zat gizi ke sel-sel dan mengeluarkan produk sampah. Volume darah menurun juga mengurangi aliran darah ke kulit dan produksi keringat, yang membatasi kemampuan tubuh untuk berkeringat dan mendinginkan diri. Suhu tubuh kemudian meningkat dan risiko berbagai penyakit yang berhubungan dengan panas, seperti heat exhaustion dan heat stroke (Smolin dan Grosvenor, 2011).

Gambar: www.sokkaa.com

Terus tadi kenapa harus minum air putih? Karena air putih adalah minuman terbaik dan relatif aman diminum sering-sering. Terlebih lagi, air putih tidak mengandung kalori. Setiap minuman dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan cairan tubuh, tetapi ada yang berkontribusi memberikan kalori sehingga mempengaruhi berat badan dan ada juga yang tidak (Whitney dan Rolfes, 2008).

Mengingat bahwa obesitas merupakan masalah kesehatan utama dan minuman saat ini mewakili lebih dari 20% dari total asupan energi di Amerika Serikat, walau kebanyakan orang memilih air putih sebagai minuman pilihan mereka. Pilihan lainnya adalah teh, kopi, non lemak dan susu dan kedelai susu rendah lemak, minuman pemanis buatan, jus buah dan sayuran, minuman olahraga, dan minuman manis 'miskin' gizi (Whitney dan Rolfes, 2008).

Kita ambil contoh lain, yaitu minuman berenergi. Minuman berenergi berisiko tidak baik bagi kesehatan karena kandungan yang terdapat di dalamnya. Salah satunya Kafein. Kafein sebenarnya aman diminum selama tidak melewati batas, yaitu setara dengan 2-4 cangkir kopi per hari. Namun ada beberapa produk minuman berenergi yang memiliki kandungan kafein sangat tinggi, sehingga tidak baik untuk kesehatan (detak jantung cepat, insomnia, efek withdrawal seperti gugup, pusing, sakit kepala, sulit konsentrasi, dsb). 

Minuman berenergi mengandung banyak mineral. Padahal kita tahu bahwa mineral adalah zat gizi mikro yang kebutuhannya tidak sebanyak zat gizi makro. Jadi, gak boleh kebanyakan. Kemudian, tidak hanya minunam berenergi, produk minuman kemasan lain biasanya juga mengandung natrium. 

Di tulisan penulis sebelumnya, dijelaskan bahwa natrium adalah biang penyebab hipertensi. Pada minuman populer, seperti teh dan kopi juga harus diperhatikan waktu minumnya. Minum teh dan kopi setelah makan dapat menyebabkan terhambatnya penyerapan zat besi, kalsium, dan mineral-mineral lain oleh zat yang bernama TANIN. Boleh saja sih kita minum-minuman lain tapi tidak boleh sering-sering dan mungkin diperhatikan waktunya (contohnya untuk teh dan kopi sebaiknya 2 jam sesudah atau setelah makan). 

Utamakan air putih. Oh iya, satu lagi sebagai TAMBAHAN. Untuk memenuhi cairan tubuh, kita juga dapat mendapatkannya dari SAYUR dan BUAH karena kedua jenis makanan ini banyak mengandung air.

------------------------------------------------------------------------
REFERENSI:

Smolin, Lori A and Mary B. Grosvenor. 2011. Healty Eating: A Guide to Nutrition, Basic Nutrition, Second Edition. New York: Infobase Publishing.

Whitney, Ellie and Sharon Rady Rolfes. 2008. Understanding Nutrition, 11th Edition. USA: Thomson Learning, Inc.

You Might Also Like

0 Leave comment