Ikan: Pangan Penuh Gizi!

10:13:00

Ada yang sangat suka makan ikan? Atau malahan penggemar kuliner ikan? Beruntunglah Anda karena ikan merupakan sumber protein hewani yang sangat baik. Banyak sekali zat gizi yang terdapat di dalamnya. Pada postingan kali ini, saya akan membahas mengenai ikan dan zat-zat gizi serta manfaat yang terdapat di dalamnya. Juga saya akan memberikan klarifikasi tentang konsumsi ikan saat hamil dengan bau amis saat persalinan. Yuk, mari kita bahas!

Ikan merupakan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi, memasok sekitar 6% dari kebutuhan protein dunia dan 16,4% dari jumlah protein hewani. Ikan memiliki nilai protein yang tinggi, mirip dengan protein daging dan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan telur. Ikan juga mengandung asam amino esensial seperti lisin, metionin, treonin dan. Selain itu, karena rendah kolagen, protein ikan mudah dicerna, sehingga menimbulkan koefisien cerna hampir 100. Ikan memiliki keuntungan tambahan karena rendah lemak jenuh (Caballero et al. ed., 2005).


Vitamin dan mineral pada ikan umumnya adalah vitamin A dan D, kalsium, fosfor, magnesium, besi, seng, selenium, fluorin, dan yodium (pada ikan laut). Vitamin E tersedia sebagai tokoferol aktif pada konsumsi ikan, karena teroksidasi dalam melindungi asam lemak dari oksidasi. Kehadiran vitamin A (retinol) dan D berkaitan erat dengan kandungan lemak, sehingga mereka hampir absen di sebagian besar kelompok rendah lemak. Konsentrasi yang cukup namun rendah vitamin A ditemukan dalam lemak ikan bersirip dan kerang moluska, sedangkan vitamin D sangat berlimpah dalam lemak ikan. Vitamin B2 (riboflavin), B6 ​​(pyridoxine), niacin, biotin, dan B12 (cobalamin) relatif tinggi.

Konsentrasi mineral yang tidak jauh berbeda. Ikan merupakan sumber yang baik dari zat besi (Caballero et al. ed., 2005).  Kandungan natrium rendah. Namun, harus diingat bahwa natrium biasanya ditambahkan pada ikan di sebagian besar praktek memasak dalam bentuk garam, juga, surimi berbasis makanan dan manufaktur lainnya ditambahkan natrium dalam jumlah tinggi. Kalium dan kalsium juga relatif rendahmeskipun lebih tinggi pada ikan dibandingkan dagingTulang ikan kecil sering dimakan dengan daging ikan, sehingga meningkatkan asupan kalsium (Caballero et al. ed., 2005). Jadi, mereka yang laktosa intoleran dapat memilih sumber kalsium non susu, selain dari tahu, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, juga dari ikan yang dikonsumsi dengan tulangnya (Smolin & Grosvenor, 2011).

Ikan merupakan sumber yang baik dari magnesium dan fosfor, sama baiknya dengan daging. Unsur-unsur ini sangat melimpah di krustasea, lemak ikan bersirip menunjukkan peningkatan kadar fosfor, dan kerang moluska memiliki jumlah tinggi magnesium (Caballero et al. ed., 2005). Yodium ditemukan dalam air laut, sehingga sumber makanan yodium alami diantaranya adalah ikan, makanan laut, rumput laut, dan tanaman tumbuh dekat dengan laut di mana kandungan yodium tanah yang tinggi (Smolin & Grosvenor, 2011).

Efek protektif dari mengonsumsi ikan dalam jumlah kecil adalah dapat mencegah atau memperkecil kematian akibat penyakit jantung koroner (PJK) yang telah terbukti oleh berbagai penelitian epidemiologi. Asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang dan omega-3 pada ikan dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung koroner. Ikan, khususnya lemak ikan, merupakan sumber yang baik dari asam lemak omega-3seperti EPA dan DHA. Lemak ini membantu untuk menurunkan serum trigliserida dan kolesterol, mengurangi risiko aritmia (detak jantung tidak teratur), dan menurunkan kecenderungan trombosit darah untuk mengalami agregat. Minyak ikan sangat kaya akan omega-3, seperti EPA dan DHA. Ikan menumpuk minyak di otot mereka, penutup perut (belly flap), dan kulit (lemak subdermal) (Caballero et al. ed., 2005).

Sebuah studi menemukan bahwa wanita yang makan ikan setidaknya sekali seminggu memiliki kemungkinan 30% lebih kecil terkena penyakit jantung dibandingkan wanita yang makan ikan kurang dari sekali dalam sebulan. Manfaat serupa telah ditemukan untuk pria. Konsumsi ikan juga terkait dengan melambatnya pertumbuhan plak aterosklerosis dan menurunkan tekanan darah. Sumber yang baik dari omega-3 adalah ikan salmon, tuna, herring, mackerel, dan tuna kaleng dan sarden (Caballero et al. ed., 2005).

Dalam diet ibu hamil dan menyusuiDHA dianggap bermanfaat bagi otak bayi (kemampuan belajar) dan perkembangan mata (ketajaman visual). Para ilmuwan telah menemukan bahwa wanita yang makan ikan saat hamil, akan melahirkan anak-anak dengan perkembangan visual yang lebih baik. Bayi dari ibu yang memiliki tingkat DHA yang signifikan diet mereka saat menyusui, akan mengalami perkembangan penglihatan yang lebih cepat dari normal. Penelitian awal juga menunjukkan bahwa makanan yang kaya asam lemak omega-3 (DHA khususnya) dapat membantu untuk mengurangi kemungkinan kelahiran prematur, sehingga memungkinkan bayi lebih banyak waktu untuk pertumbuhan dan perkembangan (Caballero et al. ed., 2005).

Ikan adalah sumber protein hewani yang sangat penting, terutama pada saat ibu harus memperjuangkan kesembuhan dari perlukaan. Ikan juga kaya akan vitamin B kompleks, zat besi (Fe), vitamin A, dan vitamin D. Minyak hati ikan, seperti ikan cod mengandung vitamin A dan vitamin D dengan kadar yang sangat tinggi. Bau amis yang muncul saat bersalin disebabkan perlukaan dengan perawatan yang kurang optimal (Anggarani dan Subakti, 2013). Jadi, bau amis tersebut bukan efek atau akibat dari makan ikan!

Disarankan bahwa wanita hamil harus menghindari jenis ikan tertentu dan membatasi konsumsi ikan dengan rata-rata 400 g ikan masak per minggu. Alasan untuk rekomendasi ini adalah bahwa, hampir semua ikan mengandung sejumlah methylmercury (suatu kontaminan lingkungan), ikan predator besar, seperti ikan todak, hiu, tilefish, dan king mackerel, mengandung paling banyak kontaminan (Caballero et al. ed., 2005).

REFERENSI:
Anggarani, Deri Rizki dan Yazid Subakti. 2013. Kupas Tuntas Seputar Kehamilan. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Caballero, Benjamin, Lindsay Allen, Andrew Prentice. Editor. 2005. Encyclopedia of Human Nutrition. UK: Elsevier Ltd.

Smolin, Lori A. and Mary B. Grosvenor. 2011. Healty Eating: A Guide to Nutrition, Basic Nutrition, Second Edition. New York: Infobase Publishing.

You Might Also Like

0 Leave comment